Tuesday 13 September 2011

Penerapan Just In Time Pada Toyota

Julian Cholse



BAB  I  PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah

Sistem pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksinya berdasarkan pada peramalan kebutuhan di masa yang akan datang. Padahal tidak seorangpun dapat memprediksi masa yang akan datang dengan pasti walaupun dia memiliki pemahaman yang sempurna tentang masa lalu dan memiliki insting yang tajam terhadap kecenderungan yang terjadi di pasar. Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya.
Kemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi, namun disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relative besar untuk menggunakan peralatan modern. Karena keterbatasan dana masih banyak perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk menghadapi kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti Jepang mulai mengembangkan suatu system yang disebut Just In Time, dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan- pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu industri, yang terjadi dikarenakan adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi.
Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya ditentukan oleh faktor  waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia. Waktu merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika suatu perusahaan ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat melayani permintaan konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep JIT.
Operasi JIT merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas produksi, dengan memberikan komponen produksi yang tepat serta pada waktu dan tempat yang tepat, sedangkan Operasi Tradisional memproduksi komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud untuk mengantisipasi kalau- kalau terjadi sesuatu.
2. Rumusan masalah
·         Mengapa perusahaan Toyota menggunakan Just In Time?
·         Apakah keuntungan yang diperoleh Toyota dengan menggunakan Just In Time?
·         Apakah dampak implementasi Just In Time terhadap Akuntansi Manajemen?

3. Tujuan
·         Penulis ingin mengetahui alasan-alasan mengapa perusahaan Toyota menggunakan Just In Time.
·         Ingin mengetahui apa saja keuntungan yang diperoleh Toyota dengan menggunakan Just In Time.
·         Mengetahui dampak implementasi Just In Time terhadap Akuntansi Manajemen itu sendiri.

4. Manfaat
Diharapkan karya tulis ini dapat memberi pemahaman tentang alasan-alasan perusahaan menggunakan Just In Time, memberi informasi tentang keuntungan yang diperoleh perusahaan jika menggunakan Just In Time, dan memberi informasi tentang dampak implementasi Just In Time terhadap Akuntansi Manajemen.

5. Metode Penelitian
                        Dalam kesempatan kali ini, kami menggunakan study pustaka untuk menunjang penyelesaian makalah ini.


BAB II PEMBAHASAN

·                     Mengapa perusahaan Toyota menggunakan Just In Time?

Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan. Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just In Time Toyota, yaitu:
1.      Menghilangkan semua aktifitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk atau jasa.
2.      Komitmen terhadap kualitas prima.
3.      Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
4.      Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah.

JIT memiliki dua tujuan strategis, yang pertama untuk meningkatkan laba dan yang kedua untuk memperbaiki posisi bersaing perusahaan. Kedua tujuan tersebut dapat dicapai dengan mengendalikan biaya, memperbaiki kinerja pengiriman dan dengan peningkatan kualitas. Produksi dan pembelian dengan sistem JIT mewakili usaha terus-menerus dalam mengejar produktivitas melalui penghapusan pemborosan.
Meski JIT berfokus lebih dari sekedar manajemen persediaan, pengendalian persediaan merupakan keuntungan tambahan yang penting. Jenis dan efisiensi tata letak pabrik dikelola secara berbeda dalam proses manufaktur JIT. JIT mengganti tata letak pabrik tradisional dengan suatu pola.
PT. Tri Dharma Wisesa merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memasok brake system untuk pelanggan-pelanggan seperti Yamaha, Toyota, Daihatsu, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu lini produksi yang ada adalah lini produksi disc brake untuk konsumen tunggal yaitu Yamaha. Pada sistem sekarang, lini ini masih menggunakan push system dan menghadapi masalah-masalah seperti volume kegiatan Departemen Production Planning & Control yang besar, ketidakcocokan rencana dan produksi aktual, kurang adaptif terhadap perubahan permintaan, mekanisme informasi yang kurang baik, dan inventori yang menumpuk. Tindakan yang diusulkan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah merancang sistem produksi JIT (Just In Time) untuk menggantikan sistem produksi sekarang.
·         Apakah keuntungan yang diperoleh Toyota dengan menggunakan Just In Time?
Toyota memperoleh berbagai macam manfaat dengan menerapkan JIT, beberapa diantaranya yaitu :
Ø   Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
Ø   Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
Ø   Persediaan tidak perlu dicek, disimpan atau diretur kembali.
Ø   Kertas kerja dapat lebih simple
Ø   Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
Ø   Keterlacakan biaya
Ø   Keakuratan penentuan biaya produk
Ø   Mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah
Ø   Meminimumkan persediaan
Ø   Zero Defect
Ø   Mengurangi harga pokok produksi
Ø   Menghemat biaya penyimpanan dan gudang
Ø   Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
Ø   Menghemat waktu perpindahan
Ø   Biaya mutu


·    Apakah dampak implementasi Just In Time terhadap Akuntansi Manajemen?
Penulis menyadari penerapan JIT dalam Toyota akan memberi dampak atau memiliki hubungan dengan konsep Akuntansi Manajemen, berikut ini penulis akan menjabarkan beberapa hubungan dan dampak implementasi JIT Toyota terhadap Akuntansi Manajemen :


Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional. Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai dampak pada:
1.      Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
2.      Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
3.      Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
4.      Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
5.      Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.

            Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:
·         JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.
            Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:
a.  Persediaan Rendah
b.  Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c.       Filosofi TQC (Total Quality Control)

·         JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead
            Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tenaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.
JIT
TRADISIONAL
Sistem Pull-through
Persediaan tidak signifikan
Sel-sel pemanufakturan 
Tenaga kerja terinterdisipliner
Pengendalian mutu (TQC)
Desentralisasi  jasa
Sistem Push-through
Persediaan signifikan
Berstruktur departemen
Tenaga kerja terspesialisasi
Level mutu akseptabel (AQL)
Sentralisasi jasa

·         Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT
            Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk). Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
·         JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
            Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan. Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.

·         Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
            Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:
1.  Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang
2.  Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.
·         Pengaruh JIT pada Penilaian  Persediaan
            Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan  persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.
Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya:
Ø  Penetapan harga jual berdasar cost-plus,
Ø  Analisis trend biaya,
Ø  Analisis profitabilitas lini produk,
Ø  Perbandingan dengan biaya para pesaing,
Ø  Keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.

·         Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
            Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
            Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena  ukuran lot sekarang lebih sangat kecil, maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses.

·         Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
            Dalam metode  proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan.


Untuk kelengkapan isi makalah dapat di download di sini

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Julian Cholse