A. Pengantar
Pada umumnya, dalam penulisan sebuah karangan, diperlukan sebuah perencanaan untuk mengetahui bagian mana yang sudah baik dan bagian mana yang masih perlu disempurnakan kembali. Jarang sekali ada penulis yang langsung dapat menuangkan isi pikirannya sekaligus secara teratur, terperinci, dan sempurna di atas kertas. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa dalam membuat sebuah karangan, jarang ada orang-orang yang merumuskan kerangka karangan terlebih dulu, terutama kaum awam yang bukan dari kalangan penulis. Banyak orang menganggap bahwa kerangka karangan adalah suatu hal yang tidak wajib dan tidak memberikan banyak manfaat dalam penulisan karangan. Padahal, kerangka karangan memberikan perencanaan bagaimana karangan hendak dibuat. Maka dari itu, penulis pertama-tama harus membuat sebuah bagan atau sebuah rencana kerja, yang setiap kali dapat mengalami perbaikan dan penyempurnaan, sehingga mencapai bentuk yang lebih sempurna. Selain itu, hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dapat terlihat dengan jelas. Metode yang dimaksud adalah kerangka karangan atau outline.
Sebuah kerangka karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Kerangka karangan tidak boleh diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu hasil yang semakin sempurna. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Jadi secara singkat, dapat dikatakan kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
B. Manfaat Kerangka Karangan
Metode kerangka karangan membantu setiap penulis untuk meminimalkan kesalahan yang mungkin dapat terjadi. Manfaat kerangka karangan antara lain:
a. Untuk menyusun karangan secara teratur
Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal balik antara gagasan sudah tepat atau belum, dan apakah gagasan itu sudah disajikan dengan baik dan harmonis dalam perimbangannya.
b. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks, terdapat sejumlah bagian yang berbeda kepentingannya terhadap klimaks utama. Setiiap bagian juga memiliki klimaks tersendiri, hal ini bertujuan pembaca dapat terpikat secara terus-menerus.
c. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
Penyelesaian suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu dilakukan. Karena hal tersebut hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan, misalnya bila penulis tidak sadar akan pendapatnya yang pertama dan pendapatnya yang lain. Hal ini dapat menyebabkan dua pendapat yang saling bertentangan satu sama lain terhadap topik yang sama.
d. Memudahkan penulis untuk mencari materi baru
Dengan menggunakan perincian dalam kerangka karangan penulis dengan mudah akan mencari data atau fakta untuk dapat memperjelas atau membuktikan pendapatnya.
e. Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul, kalimat tesis, dan tujuan karangan
Dengan menyusun kerangka karangan, diharapkan tidak ada pembahasan yang keluar dari topik semula.
f. Memperlihatkan kekurangan dan kelebihan materi pembahasan
Kerangka karangan dapat menunjukkan bagian mana yang sesuai atau tidak sesuai dengan topik, sehingga bisa dilihat bagian yang kurang atau berlebihan dalam suatu karangan.
Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dengan demikian, tesis atau pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan = ringkasan.
C. Penyusunan Kerangka Karangan
Suatu kerangka karangan yang baik tidak hanya sekali dibuat. Penulis selalu berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama sehingga diperoleh bentuk yang baik. Berikut langkah-langkah yang perlu diikuti, terutama bagi mereka yang baru mulai menulis:
a. Merumuskan tema yang jelas
Tema dirumuskan berdasarkan topik dan tujuan yang hendak dicapai dari penulisan karangan. Tema juga harus dirumuskan dalam bentuk tesis atau pengungkapan maksud, sehingga tujuan penulisan karangan tersebut jelas.
b. Menginventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap perincian dari tesis atau pengungkapan maksud
Inventarisasi topik merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud rumusan tema. Dalam hal ini, penulis dapat mencatat sebanyak-banyaknya topik yang terlintas dalam pikirannya.
c. Mengevaluasi seluruh topik
Evaluasi topik dapat dilakukan dalam beberapa tahap:
1. Harus diperhatikan apakah topik-topik tersebut sudah memiliki pertalian atau relevansi dengan tesis atau pengungkapan maksud. Jika tidak ada pertalian sama sekali, sebaiknya topik tersebut dihilangkan dari daftar.
2. Topik-topik yang masih dipertahankan harus dievaluasi lebih lanjut. Topik-topik yang masih dipertahankan harus dievaluasi lagi, apakah ada lebih dari satu topik yang membahas hal yang sama, walaupun dirumuskan dengan cara yang berbeda. Apabila terjadi hal seperti itu, harus diadakan perumusan baru yang mencakup topik semua topik tersebut.
3. Harus dievaluasi lagi apakah semua topik sifatnya sederajat atau tidak. Jika ada, hendaknya topik-topik bawahan itu dimasukkan ke dalam topik yang lebih tinggi kedudukannya, tetapi bila topik bawahan itu hanya ada satu, sebaiknya dilengkapi dengan topik-topik bawahan yang lain.
4. Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang kedudukannya sederajat, tetapi lebih rendah dari topik-topik yang lain. Jika demikian, usahakanlah untuk mencari satu topik yang lebih tinggi guna membawahi topik-topik tersebut.
d. Untuk mendapatkan kerangka karangan yang sangat terperinci, maka kita harus mengevaluasi dan menganalisis kesetaraan topik berulang-ulang agar kita dapat menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.
e. Menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud. Dengan adanya pola susunan tersebut, semua perincian akan tersusun kembali, sehingga akan diperoleh sebuah karangan yang baik.
D. Pola Susunan Kerangka Karangan
Pola karangan dibuat agar kerangka karangan dapat tersusun secara teratur. Pola karangan terdiri dari beberapa tipe susunan dan cara. Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis. Pola ilmiah adalah pola yang didasarkan atas urutan-urutan kejadian, tempat, atau ruang. Pola logis lebih dipengaruhi oleh jalan pikiran manusia tentang persoalan yang tengah dikerjakan itu dan cara menghadapinya.
a. Pola Alamiah
Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan yang sesuai dengan keadaan nyata di alam. Oleh sebab itu, susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (urutan kronologis), urutan berdasarkan ruang (urutan spasial), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada.
1. Urutan waktu (kronologis)
Urutan waktu adalah urutan yang pada runtutan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Caranya adalah dengan mengurutkan kejadian berdasarkan urutan kejadiannya. Peristiwa yang satu mendahului yang lain atau suatu peristiwa mengikuti peristiwa yang lain. Terkadang suatu peristiwa tidak akan terlihat menarik jika tidak dilihat sebagai suatu rangkaian dengan peristiwa-peristiwa lainnya, sehingga urutan waktu harus diperhatikan.
Urutan kronologis sering digunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan flashback sejak awal hinga titik yang menegangkan. Uraian selanjutnya mencakup perkembangan sesudah apa yang dikemukakan dalam bagian pertama yaitu titik yang menegangkan.
Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu-satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah. Sering, terutama dalam menjelaskan suatu proses, urutan ini merupakan cara yang esensial.
2. Urutan ruang (spasial)
Urutan ruang menjadi landasan yang paling penting jika topik memiliki hubungan yang erat dengan aspek keruangan. Urutan ini sering digunakan terutama dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif. Jalan pikiran penulis akan mudah diikuti secara teratur oleh pembaca jika aspek keruangan digambarkan secara berurutan. Uraian tentang kepadatan penduduk digambarkan dengan urutan geografis, dari timur ke barat atau dari utara ke selatan.
3. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan ke dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau peristiwa sudah dikenal dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menjelaskan hal tersebut secara lengkap, bagian-bagian itu harus dijelaskan secara berturut-turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan mana yang lebih penting dari bagian lainnya, dan tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagian itu. Penulis diperbolehkan menguraikan bagian-bagian itu tanpa implikasi bahwa yang diuraikan lebih dahulu adalah bagian yang lebih penting daripada yang diuraikan sesudahnya.
b. Pola Logis
1. Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang memiliki pendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya. Jika posisi yang paling penting kedudukannya itu berada di belakang, urutan ini disebut klimaks. Dalam urutan klimaks, pengarang mengurutkan bagian-bagian dari topik itu ke dalam suatu urutan yang semakin dalam kepentingannya, dimulai dari yang paling rendah kepentingannya.
Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks. Dalam urutan ini, penulis mulai dari bagian-bagian yang paling penting dari sebuah rangkaian, dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kepentingannya. Urutan ini hanya efektif jika digunakan dalam penyajian hal-hal konkret, misalnya hierarki jabatan, sedangkan untuk mengemukakan hal-hal yang abstrak, urutan klimaks akan mengalami kesulitan karena tidak menarik perhatian. Pembaca tidak akan tertarik dan menaruh perhatian lagi karena hal-hal yang penting sudah dikemukakan di depan. Kekecewaan terhadap urutan anti klimaks disebabkan oleh kegagalan menempatkan bagian yang paling penting secara tepat.
2. Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola, yaitu urutan sebab-akibat dan urutan akibat-sebab. Pada pola sebab-akibat, suatu permasalahan dianggap sebagai sebab, kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif jika digunakan dalam penulisan sejarah atau persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya. Sebaliknya dalam pola akibat-sebab, permasalahan dilihat sebagai suatu akibat yang dilanjutkan dengan perincian-perincian untuk menelusuri sebab-sebabnya. Cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan dalam sebuah karangan.
3. Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dengan suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju pemecahan masalah tersebut atau kesimpulan umum. Sekurang-kurangnya uraian yang menggunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, analisis mengenai sebab-sebab atau akibat-akibat dari persoalan, dan alternatif-alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut.
Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis harus benar-benar menemukan semua sebab, baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap hal baru bisa dikatakan masalah apabila akibat-akibatnya sudah mencapai titik kritis. Jadi untuk memecahkan masalah, hal yang dilakukan tidak sekadar menemukan sebab-sebab, melainkan juga menemukan semua akibat, baik secara langsung mapupun tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi, sehingga masalah bisa terselesaikan secara tuntas.
4. Urutan Umum-Khusus
Urutan ini terdiri dari dua corak, yaitu umum ke khusus dan khusus ke umum. Urutan dari umum ke khusus pertama-tama memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok-kelompok khusus yang lebih kecil. Contohnya, pertama-tama penulis menguraikan bangsa Indonesia secara keseluruhan, kemudian berlanjut ke hal-hal yang lebih khusus, seperti suku-suku bangsa di Indonesia. Dari uraian yang bersifat khusus tadi bisa dirinci lagi ke hal-hal yang lebih mendetail, misalnya uraian dari setiap suku di Indonesia. Urutan khusus–umum adalah kebalikan dari urutan umum–khusus. Penulis mengawali dengan hal-hal yang bersifat khusus, kemudian beranjak ke hal-hal yang bersifat lebih umum yang mencakup hal-hal khusus tadi. Urutan ini lazim digunakan karena sesuai dengan corak berpikir manusia pada umumnya.
Urutan umum–khusus mengandung implikasi bahwa hal-hal yang bersifat umu sudah diketahui penulis, sehingga tugas selanjutnya adalah mengidentifikasi hal-hal khusus yang mengikuti pola umum tadi. Sebaliknya, urutan khusus-umum mengandung implikasi bahwa hal-hal yang bersifat umum maupun khusus belum diketahui sama sekali. Hanya untuk menemukan kaidah-kaidah umum perlu diselidiki terlebih dahulu hal-hal yang bersifat khusus secara saksama. Urutan umum–khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula urutan sebab–akibat, klimaks, pemecahan masalah, dan dapat pula mengambil bentuk klasifikasi atau ilustrasi. Dalam ilustrasi mula-mula dikemukakan suatu pernyataan umum, kemudian diajukan penjelasan-penjelasan yang dapat menunjang, dan bila perlu disajikan ilustrasi-ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, perbandingan, atau pertentangan.
Untuk Kelengkapan isi makalah silahkan Download