BAB I
MENELUSURI NILAI-NILAI BUDAYA
BANGSA INDONESIA DAN KAITANNYA DENGAN PANCASILA
- Pengantar
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai - nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara, yang berupa ide, hasil karya, peraturan, nilai - nilai adat istiadat, kebudayaan, dan nilai - nilai religius.
- Zaman Kutai (400 M)
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia yang bercorak Hindu. Kerajaan Kutai terletak di tepi Sungai Mahakam, yaitu di Muara Kaman.
Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada zaman kerajaan kutai
Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada zaman kerajaan kutai
- Di Muara Kaman di temukan batu bertulis atau prasasti yang di sebut "YUPA" berbentuk menhir atau tiang batu dari abad ke-4 Masehi. Batu bertulis ini memakai bahasa sanskerta dan huruf pallawa sebagai pertanda Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M.
- Kerajaan Kutai meninggalkan tujuh yupa. Yang salah satu isinya menyatakan sang Maharaja Kudungga mempunyai anak Sang Asmawarman. Asmawarman mempunyai tiga orang putra. Salah seorang putra yang terkemuka adalah Mulawarman yang dikenal sebagai raja yang baik dan bijak sana.
- Raja Mulawarman memberikan hadiah tanah dan 20.000 ekor sapi untuk Kaum Brahmana. Oleh Karena itu, Kaum Brahmana mengadakan tugu peringatan.
- Zaman Sriwijaya
Pengetahuan mengenai sejarah Sriwijaya baru lahir pada permulaan abad ke-20 M, ketika George Coedes menulis karangannya berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun 1918 M.
Coedes kemudian menetapkan bahwa, Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa, letak ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan bahwa, San-fo-ts'I adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarang. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada zaman kerajaan Sriwijaya
- Kunjungan I-sting seorang peziarah Budha dari China pertama, datang ke Sriwijaya (671 M) terdapat lebih dari seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Mempunyai Aturan dan upacara para pendeta Budha yang sama dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha di India.
- Sribuza. Mas'udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.
- Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan yang ada di India seperti dengan Kerajaan Nalanda, dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda
- Prasasti Kota Kapur, prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki.
- Prasasti Kedukan Bukit, prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukan Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Daerah yang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat strategis untuk perdagangan.
- Prasasti Talangtuo, prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.
- Prasasti Karang Berahi, prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi, yang menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.
- Prasasti Ligor, prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor dengan tujuan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.
- Prasasti Nalanda, prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.
- Prasasti Telaga Batu, prasasti ini Karena ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan., maka diduga kuat Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya.
- Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Ada tiga syarat utama untuk menjadi raja Sriwijaya, yaitu:
- Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya
- Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya
- Ekachattra, artinya mampu memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya
- Prasasti dan situs yang ditemukan disekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M), Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu ( abad ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa.
- Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi.
- Kerajaan Mataram Hindu – Wangsa Sanjaya (732 M)
Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh menyerang Purbasora yang saat itu menguasai Kerajaan Galuh dengan bantuan dari Tarusbawa dan berhasil melengserkannya. Prabu Harisdarma pun menjadi raja Kerajaan Sunda Galuh. Prabu Harisdarma yang juga ahli waris dari Kalingga, kemudian menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi Mataram dan dikenal dengan nama Sanjaya pada tahun 732 M. Sanjaya atau Prabu Harisdarma, raja kedua Kerajaan Sunda (723-732 M), menjadi raja Kerajaan Mataram (Hindu) (732-760 M). ia adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno sekaligus pendiri Wangsa Sanjaya. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada zaman kerajaan Mataram Hindu
- Sanjaya selalu menganjurkan perbuatan luhur kepada seluruh punggawa dan prajurit kerajaan. Ada empat macam perbuatan luhur untuk mencapai kehidupan sempurna, yaitu :
- Tresna (Cinta Kasih)
- Gumbira (Bahagia)
- Upeksa (tidak mencampuri urusan orang lain)
- Mitra (Kawan, Sahabat, Saudara atau Teman)
- Pada pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M) terkenal nasehatnya tentang kebahagiaan hidup manusia yaitu:
Kasuran (Kesaktian), Kagunan (Kepandaian), Kabegjan (Kekayaan), Kabrayan (Banyak Anak Cucu), Kasinggihan (Keluhuran), Kasyuwan (Panjang Umur), Kawidagdan (Keselamatan). - Sri Maharaja Rakai Panaggalan (780-800 M) Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Rakai Panggalan juga memberikan rambu-rambu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti berikut ini "Keselamatan dunia supaya diusahakan agar tinggi derajatnya. Agar tercapai tujuannya tapi jangan lupa akan tata hidup".
- Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M) Rakai Warak sangat mengutamakan ketertiban yang berlandaskan pada etika dan moral. Saat Rakai Warak berkuasa, ada tiga pesan yang diberikan, yaitu :
- Kewajiban raja adalah jangan sampai terlena dalam menata, meneliti, memeriksa dan melindungi.
- Pakaian raja adalah menjalankanlah dengan adil dalam memberi hukuman dan ganjaran kepada yang bersalah dan berjasa.
- Kekuatan raja adalah bisa mengasuh, merawat, mengayomi dan memberi anugrah.
- Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M) Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun 809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana.
- Prasasti Canggal,
prasasti yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka Tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala. Menggunakan huruf pallawa dan bahasa sangsekerta. Isi dari prasasti tersebut menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) yang merupakan agama Hindu beraliran Siwa di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanya serta menceritakan bahwa yang menjadi raja mula-mula adalah sena yang kemudian digantikan oleh Sanjaya. - Prasasti Metyasih/Balitung,
prasasti ini ditemukan di desa Kedu, berangka tahun 907 M. Prasasti Metyasih yang diterbitkan oleh Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) terbuat dari tembaga.. Prasasti ini dikeluarkan sehubungan dengan pemberian hadiah tanah kepada lima orang patihnya di Metyasih, karena telah berjasa besar terhadap Kerajaan serta memuat nama para raja-raja Mataram Kuno. - Candi Prambanan, dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter.
- Kerajaan Mataram Budha – Wangsa Syailendra (752 M)
Syailendra adalah wangsa atau dinasti Kerajaan Mataram Kuno yang beragama Budha. Wangsa Syailendra di Medang, daerah Jawa Tengah bagian selatan. Wangsa ini berkuasa sejak tahun 752 M dan hidup berdampingan dengan Wangsa Sanjaya. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada zaman kerajaan Mataram Budha
- Penemuan beberapa prasasti antara lain prasasti Sojomerto, prasasti kalasan, prasasti klurak, prasasti ratu book.
- Pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja Panangkaran atas permintaan keluarga Saylendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa kalasan untuk para sanggah umat budha) Candi tersebut sekarang bernama Candi Kalasan yang berada di timur Yogyakarta.
- Candi Borobudur yang merupakan candi terbesar yang pernah dibangun untuk penghormatan terhadap sang Budha. Bangunannya mencapai 14.000m persegi dengan ketinggian hingga 35,29m. Sebuah prasasti Cri Kahuluan yang berasal dari abad IX (824 Masehi) yang diteliti oleh Prof Dr J.G. Casparis, mengungkap silsilah tiga Wangsa Syailendra yang berturut-turut berkuasa pada masa itu, yakni Raja Indra, Putranya Samaratungga. Kemudian, putrinya yang bernama Samaratungga Pramodawardhani. Dibutuhkan tak kurang dari 2 juta balok batu andesit atau setara dengan 50.000m persegi untuk membangun Candi Borobudur ini. Berat keseluruhan candi mencapai 3,5 juta ton. Seperti umumnya bangunan candi, Bororbudur memiliki 3 bagian bangunan, yaitu kaki, badan dan atas. Bangunan kaki disebut Kamadhatu, yang menceritakan tentang kesadaran yang dipenuhi dengan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatangan. Kemudian Ruphadatu, yang bermakna sebuah tingkatan kesadaran manusia yang masih terikat hawa nafsu, materi dan bentuk. Sedangkan Aruphadatu yang tak lagi terikat hawa nafsu, materi dan bentuk digambarkan dalam bentuk stupa induk yang kosong.
- Candi Mendut, candi Plaosan, candi Gedung songo, candi Sambi Sari dan banyak candi lainnya.
- Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali, dan Filipina. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo dan Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada zaman kerajaan Majapahit
- Struktur pemerintahan yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk
- Penganggapan Raja sebagai penjelme dewa di dunia ini dan ia memegang otoritas politik tertinggi.
- Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu.
- Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi.
- Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini.
- Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Sap.
- Hasil karya berupa Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Trowulan, Mojokerto.
- Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya taprabhu.
- Serat
Darmagandhul, sebuah kitab (puisi lama) yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.
- Zaman Pergerakan Nasional
- Budi Utomo (BU)
Sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei
1908. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada masa Budi Utomo
1908. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada masa Budi Utomo
- Budi Utomo bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura
- Budi Utomo besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura. Walaupun kegiatan Budi Utomo lebih bersifat sosial kultural, tapi kelahiran Budi Utomo merupakan pelopor pergerakan nasional Indonesia pertama, sehingga tanggal berdirinya ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional Indonesia.
- Tanggal 3 - 5 Oktober 1908 Budi Utomo menyelenggarakan kongres yang pertama di Yogyakarta yang menghasilkan keputusan yaitu:
- Memajukan pendidikan dan pengajaran.
- Mempertinggi cita-cita kemanusiaan.
- Menggali kembali kebudayaan bangsa dan ilmu pengetahuan.
- Budi Utomo turut memikirkan cara mempertahankan Indonesia dari serangan. BU mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk Indiandsche Militie (Milisi untuk Bumiputera) untuk mempertahankan Indonesia dari serangan yang dikemukakan dalam rapat umum di Bandung pada tanggal 5-6 Agustus di Bandung.
- Sarekat Islam (SI)Organisasi Serikat Islam pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh R.M. Tirtoadisuryo pada tahun 1909 dengan tujuan untuk melindungi hak-hak pedagang pribumi Muslim dari monopoli dagang yang dilakukan untuk pedagang-pedagang besar Tionghoa.Kemudian tahun 1911 di kota Solo oleh Haji Samanhudi didirikan organisasi dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Tujuan perkumpulan ini adalah untuk menghimpun para pedagang Islam agar dapat bersaing dengan para pedagang asing seperti pedagang Tionghoa, India dan Arab. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada masa Sarekat Islam
- SDI ialah organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya.
- SI menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah colonial
- Tujuan SI mencapai kemajuan rakyat yang nyata dengan jalan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong diantara muslim. Tujuan utama SI 1913 adalah engembangkan perekonomian.
- Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat (non kooperatif).
- Maret 1916 SI diberi pengakuan sebagai Badan Hukum, dan SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. SI akhirnya mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan Budi Utomo dan mulai disusupi aliran Revolusioner Sosialis.
- Indische Partij (IP)Partai ini merupakan partai pertama yang menanamkan rasa kebangsaan dan pribumi Ernest Eugene Francois (EFE) Douwes Dekker mengambil prakarsa mendirikan partai politik untuk golongan Indo dan bercita-cita memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia mengajak Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo untuk mendirikan Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung. Organisasi ini pada mulanya disebut juga Partai Hindia. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada masa Indische Partij
- Indische Partij terbuka untuk semua golongan dengan cita-cita mencapai Indonesia merdeka.
- Adanya tulisan Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als Ik eens Nederlander Was (Seandainya saya seorang Belanda), tulisan yang dimuat dalam surat kabar de Express itu berisi kritikan terhadap Belanda ketika bermaksud mencari dana untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda lepas dari penjajahan Perancis tahun 1814. Akibat tulisan itu ketiga pemimpin Indische Partij ditangkap dan dihukum dan dibuang ke negeri Belanda.
- MuhammadiyahMuhammadiyah didirikan pada tanggal 18-11-1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan, seorang muslin yang berpikiran modern. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada masa Muhammadiyah
- Muhammadiyah bertujuan ingin memajukan pengajaran moderen berdasarkan Islam yang benar dan memberikan pengertian ilmu agama dan cara hidup yang benar menurut peraturan agama.
- Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah sebagai pusat pendidikan dan membantu sekolah-sekolah Islam yang memerlukan bantuan.
- Dalam bidang sosial, Muhammadiyah banyak mendirikan rumah sakit, rumah yatim piatu dan meningkatkan dakwah bagi masyarakat Islam.
- Muhammadiyah adalah organisasi yang bercorak kooperatif (bekerjasama) dengan pemerintah Belanda.
- Perhimpunan Indonesia (PI)Berdirinya PI berawal dari didirikannya Indische Vereniging tahun 1908 di Belanda.Organisasi ini bersifat moderat (selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem) sebagai perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia di Belanda untuk memperbincangkan masalah dan persoalan tanah air. Pada awalnya Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi sosial. Memasuki tahun 1913, dengan dibuangnya tokoh Indische Partij ke Belanda maka dibuatlah pokok pemikiran pergerakan yaitu Hindia untuk Hindia yang menjadi nafas baru. Tahun 1925 Indische Vereeniging berubah menjadi Perhimpunan Indonesia dengan tujuannya Indonesia merdeka. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada masa Perhimpunan Indonesia
- Pembuatan 3 azas pokok Indische Vereniging oleh Iwan Kusumantri yaitu
- Indonesia menentukan nasibnya sendiri
- Kemampuan dan kekuatan sendiri
- Persatuan dalam menghadapi Belanda
- Banyak kegiatan yang dilakukan oleh aktivis PI di Belanda maupun di luar negeri, diantaranya ikut serta dalam kongres Liaga Demokrasi Perdamaian Internasional tahun 1926 di Paris, dalam kongres itu Mohammad Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan akan kemerdekaan Indonesia.
- Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia tanpa mengharapkan bantuan asing.
- Partai Nasional Indonesia (PNI)Bermula dari Mahasiswa Algemenee Studie Club di Bandung tahun 1926, Ir. Sukarno dkk seperti Mr. Suaryo, Ali Sastroamijoyo, & Mr. Sartono bermaksud menggalang perjuangan melalui organisasi yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia.Sesudah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah Hindia Belanda akibat pemberontakannya tahun 1926-1927, maka dirasakan perlunya wadah untuk menyalurkan hasrat dan aspirasi rakyat yang tidak mungkin lagi ditampung oleh organisasi-organisasi politik yang ada pada waktu itu. Sejalan dengan hal tersebut muncul organisasi kebangsaan dengan corak politik nasionalis murni yaitu PNI yang didirikan tanggal 4 Juli 1927. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada masa Partai Nasional Indonesia
- Tanggal 17-18 Desember 1927, PNI berhasil memelopori terbentuknya organisasi sosial politik se Indonesia dalam bentuk Permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia, (PPPKI).
- PNI menyebarkan ajaran pergerakan nasional demi mengusir pemerintahan Belanda.
- Zaman Penjajahan Jepang
Penyerbuan Jepang mengakhiri pemerintahan colonial Belanda pada tahun 1942, Jepang berkuasa di Indonesia selama 3 ½ tahun. Namun demikian, banyak yang dialami bangsa Indonesia selama masa penjajahan Jepang itu. Hidup keagamaan terganggu, karena upaya Jepangisasi. Gereja sering berubah fungsinya demi kepentingan perang Jepang. Namun semangat keagamaan tidak mengendor. Berikut beberapa nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang
- Mayarakat Indonesia mempunyai tekad yang sama yaitu menjadikan Indonesia sebagai satu negara yang merdeka.
- Pemerintah Jepang mendirikan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang Dokuritsu Junbi Cosakai dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI) atau dalam bahasa Jepang Dokuritsu Junbi Iinkai, bagi jalan percepatan kemerdekaan Indonesia
- Adanya Peristiwa Rengasdengklok mendorong golongan tua untuk cepat bertindak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada Tahap Kebudayaan Indonesia Asli, para ahli sejarah dan antropologi dapat memperlihatkan bahwa sebelum kebudayaan Hindu masuk dan berkembang di Indonesia, berbagai suku bangsa Indonesia telah mengenal unsur-unsur pembentuk Pancasila. Nilai-nilai kehidupan yang dapat disebut sebagai embrio nilai-nilai Pancasila ternyata memang sudah nampak pada tahap perkembangan ini, baik yang berhubungan dengan ketuhanan maupun kesejahteraan sosial.
Kemudian, unsur Pancasila pada tahap perkembangan pengaruh budaya Hindu dan Budha yang di anut oleh beberapa kerajaan di Indonesia antara lain Kerajaan Kutai (400 M), Kerajaan Mataram Hindu – Wangsa Sanjaya (732 M) yang merupakan kerajaan Hindu dan kerajaan Budha antara lain Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Budha – Wangsa Syailendra (752 M), Kerajaan Majapahit. Budaya Hindu-Budha juga berpengaruh di beberapa aspek kehidupan. Yang paling jelas, pengaruh itu nampak dalam hal agama. Mereka secara lebih nyata memuja kekuatan yang mengatasi manusia, yang tidak lagi tanpa bentuk.
Selanjutnya, pada tahap perkembangan pengaruh budaya Islam pada Kerajaan Majapahit (setelah derpindah keyakinan dari Budha menjadi Islam). Pengaruh budaya Islam juga jelas nampak dari bidang agama dan kesejahteraan sosial melalui ajaran zakat fitrah terjadap sesama.
Pada masa Pergerakan Nasional nilai-nilai pancasila juga sudah mulai terpupuk di tandai dengan lahirnya Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan nasional pertama walau anggotanya sebatas suku Jawa dan Madura. Kemudia Sarekat Islam yang sudah menuju pada cita-cita bangsa Indonesia yaitu merdeka, dan anggotanya terbuka untuk semua lapisan masyarakat. Indische Partij partai pertama yang yang menanamkan rasa kebangsaan, Muhammadiyah yang banyak membantu dalam bidang sosial seperti yang tersurat di sila ke lima Pancasila kita sekarang, Perhimpunan Indonesia dan PNI sebagai partai yang turut serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada masa Penjajahan Jepang masyarakat Indonesia telah memiliki satu tekad dan jiwa kebersamaan yang kuat untuk menyatakan kemerdekaan Republik Indonesia melalui organisasi BPUPKI dan PPKI.Berdasarkan uraian yang disusun dalam makalah ini maka penulis menyimpulkan Pancasila merupakan suatu hasil kebudayaan bangsa Indonesia dari masa ke masa mulai sejak bangsa kita ada sampai kepada sekarang, Pancasila juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia karena Pancasila sudah menjadi jiwa setiap rakyat Indonesia dan telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
SARAN
Hendaknya bangsa Indonesia lebih mengerti akan Pancasila, khususnya golongan terpelajar agar dapat mengetahuinya lebih dalam dan mensosialisasikannya kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Edisi Reformasi.Yogyakarta: Paradigma.
Syarbaini, S. 2003. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Dr.Purwadi, M.Hum, 2007. Sistem Pemerintahan Kerajaan Jawa Klasik. Medan: Pujakesuma.
Ensiklopedia Nsional Indonesia, 1990.
Album Pahlawan Bangsa, PT Mutiara Sumber Widya, 2001.
Badrika, I wayan, Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kartohadiprodjo, S. 1986. Pancasila dan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Bandung: Bina Cipta.Wahana, Paulus. Bahan Kuliah Pendidikan Pancasila
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2002. Yogyakarta.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993. Sejarah NasionalIndonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
1 comments:
This comment has been removed by the author.
Post a Comment