Saturday 21 May 2011

Analisis Kredit PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Julian Cholse

BAB I
TENTANG
PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK

 (Untuk Klengkapan Isi Makalah silahkan Download)

PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan di Indonesia pada 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris No 228 dari Benny Kristianto, S.H. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jln. Jend. Sudirman Kav. 76-78, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.

Pada tahun 14 July 1994, PT Panganjaya Intikusuma berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur serta melakukan Penawaran Saham Perdana sebanyak 763 juta lembar saham dengan harga nominal atau at par Rp1.000 per saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan penjamin emisi  PT Merincorp S.I. Perusahaan yang bergerak dalam sektor consumer goods industry dengan sub sektor food and beverages ini  memiliki Biro Administrasi Efek yaitu PT Raya Saham Registra.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (BEI : INDF) merupakan perusahaan Total Food Solutions yang terkemuka dengan kegiatan operasi yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran.

Warisan Indofood terbesar saat ini adalah kekuatan-kekuatan merek yang dimilikinya, bahkan banyak di antara merek tersebut telah melekat di hati masyarakat Indonesia selama hampir dua dekade. Ini termasuk beberapa merek mie instant (Indomie, Supermie, dan Sarimie), tepung terigu (Segitiga Biru, Kunci Biru dan Cakra Kembar), minyak goreng (Bimoli), margarin (Simas) dan shortening (Palmia). Merek Indofood senantiasa menjadi pemimpin pasar di masing-masing segmennya, dan dikenal atas produknya yang berkualitas dengan harga terjangkau.

Sejak awal berdiri sebagai produsen mie instan, Indofood telah semakin berubah menjadi Makanan Jumlah Solusi perusahaan yang beroperasi di semua tahapan produksi makanan dari produksi bahan baku dan pengolahan melalui untuk produk konsumen di pengecer rak. Perusahaan mengoperasikan empat Kelompok Usaha Strategis yang saling melengkapi yaitu :
*      Produk Konsumen Bermerek (CBP), kegiatan usaha grup ini dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP”), tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 7 Oktober 2010. ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan yang terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam kemasan. Berbagai merek ICBP merupakan merek-merek yang terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan, termasuk Mie Instan, Susu, Bumbu Makanan, Makanan Ringan, Nutrisi & Makanan Khusus  dan Biskuit. Grup CBP didukung oleh Divisi Bahan Makanan dan Kemasan. CBIP memiliki persentase terhadap total seluruh kelompok usaha PT Indofood Sukses Makmur sebanyak 43.4 %

*      Bogasari, produsen tepung dan pasta. Kelompok ini didukung oleh unit pengiriman. Segmen ini memiliki persentase terhadap total seluruh kelompok usaha PT Indofood Sukses Makmur sebanyak- 28.3  %

*      Agribisnis,  kegiatan usaha grup ini terkonsentrasi di dua anak perusahaan terbuka, yaitu Indofood Agri Resources Ltd., tercatat di Bursa Efek Singapura, dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, tercatat di Bursa Efek Indonesia. Kegiatan usaha utama grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan kelapa sawit, pemuliaan, termasuk juga penyulingan, branding, serta pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening. Di samping itu, kegiatan usaha grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet, tebu, kakao dan teh. Segmen ini memiliki persentase terhadap total seluruh kelompok usaha PT Indofood Sukses Makmur sebanyak 20.5 %

*      Distribusi memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen ISM dan anak-anak perusahaannya serta berbagai produk pihak ketiga. Segmen ini memiliki persentase terhadap total seluruh kelompok usaha PT Indofood Sukses Makmur sebanyak 7.8 % 


Pemegang saham dan persentase kepemilikan saham PT Indofood  per tanggal 31 Desember 2009 adalah sebagai berikut :
Nama Pemegang Saham
Kategori Pemegang Saham
Jumlah
Persentase
CAB Holdings Limited, Seychelles
Lebih dari 5 % - Pemegang Saham Pengendali
4.394.603.450,00
46,53 %
PT Indofood Sukses Makmur (Saham Dibeli Kembali)
Lebih dari 5 % - Bukan Pemegang Saham Pengendali
915.600.000,00
9,69 %
Anthoni Salim
Direksi dan Komisaris
632.370,00
0,01 %
Taufik Wiraatmadja
Direksi dan Komisaris
40.000,00
0,00 %
Fransiscus Welirang
Direksi dan Komisaris
12.750,00
0,00 %
Ibrahim Risjad
Direksi dan Komisaris
3.203.180,00
0,03 %
Masyarakat
Kurang dari 5%
4.130.097.250,00
43,74 %

Tabel 1.1 Persentase Kepemilikan Saham PT Indofood Sukses Makmur pertanggal 31 Desember 2009

Visi Misi
Visi korporasi Indofood terfokus kepada Perusahaan Total Food Solutions.

Misi korporasi Indofood adalah Memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara berkelanjutan
*       Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi kami
*       Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan
*       Meningkatkan  stakeholders’ values secara berkesinambungan


Sejarah berdirinya PT Indofood Sukses Makmur
Tahun
Tindakan PT Indofood Sukses Makmur
1990
Didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma
1994
  • Berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur.
  • Penawaran Saham Perdana sebanyak 763 juta saham dengan harga nominal Rp1.000 per saham, tercatat di Bursa Efek Indonesia.
1995
Mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari.
1996
Melaksanakan pemecahan saham dengan perbandingan 1:2.
1997
  • Mengakuisisi 80% saham perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, agribisnis serta distribusi.
  • Melakukan penawaran umum terbatas dengan perbandingan 1:5, total penambahan saham sebanyak 305,2 juta.
2000
  • Melaksanakan pemecahan saham dengan perbandingan 1:5.
  • Menerbitkan Obligasi Seri I sebesar Rp1 triliun.
2001
  • Menerima persetujuan atas rencana pembelian kembali saham dan pelaksanaan Employee Stock Ownership Plan (ESOP).

2002
  • Melaksanakan ESOP tahap I sebanyak 228,9 juta saham.
  • Melakukan pembelian kembali saham sebanyak 915,6 juta saham.
2003
  • Melaksanakan ESOP tahap II sebanyak 58,4 juta saham.
  • Menerbitkan Obligasi Seri II sebesar Rp1,5 triliun.
2004
  • Melaksanakan ESOP tahap III sebanyak 919,5 ribu saham.
  • Menerbitkan Obligasi Seri III sebesar Rp1 triliun.
  • Mengakuisisi 60% saham perusahaan kemasan karton.
2005
  • Membentuk perusahaan patungan dengan Nestlé.
  • Mengakuisisi perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat.
  • Mengakuisisi Convertible Bonds yang diterbitkan oleh perusahaan perkapalan, setara dengan 90,9% kepemilikan saham.
2006
  • Melakukan pelunasan Eurobonds sebesar US$143,7 juta.
  • Mengakuisisi 55,0% saham perusahaan perkapalan Pacsari Pte. Ltd.
  • Mengakuisisi beberapa perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat.
2007
  • Mencatatkan saham Grup Agribisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan saham baru.
  • Menerbitkan Obligasi Seri IV sebesar Rp2 triliun.
  • Menambah sebesar 35% kepemilikan saham perusahaan perkapalan Pacsari Pte. Ltd. menjadi 90% kepemilikan
  • Mengakuisisi 60% kepemilikan saham di perusahaan perkebunan Rascal Holding Limited.
  • Partisipasi dalam pengeluaran saham baru PT Mitra Inti Sejati Plantation dan memiliki sebesar 70% kepemilikan.
  • Mengakuisisi 64,41% kepemilikan saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk.
2008
  • Partisipasi dalam pengeluaran saham baru PT Lajuperdana Indah dan memiliki sebesar 60% kepemilikan.
  • Menjual kembali 251.837.500 lembar treasury stock dan menarik kembali 663.762.500 lembar treasury stock.
  • Mengakuisisi 100% saham Drayton Pte. Ltd. yang memiliki secara efektif 68,57% saham di PT Indolakto, sebuah perusahaan dairy terkemuka.
  • Mengakuisisi 100% saham di beberapa perusahaan perkebunan yang memiliki fasilitas bulking.
2009
  • Menerbitkan Obligasi Seri V sebesar Rp1,6 triliun., dengan tanggal pencatatan 19 Juny 2009 dan Tanggal Jatuh tempo 18 Juny 2014
  • Grup Agribisnis menerbitkan Obligasi Rupiah Seri I sebesar Rp452 miliar dan Sukuk Ijarah I sebesar Rp278 miliar.
  • Memulai proses restrukturisasi internal Grup CBP melalui pembentukan PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan pemekaran kegiatan usaha mi instan dan bumbu yang diikuti dengan penggabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup Produk Konsumen Bermerek (CBP), yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Perseroan, ke dalam ICBP.


Tabel 1.2 Sejarah Berdirinya PT Indofood Sukses Makmur











BAB II
DATA KEUANGAN DAN ALAT ANALISIS


2.1.      LIKUIDITAS
*      Analisis Komparatif Modal Kerja

PT. INDF 2008
PT. INDF 2009
Aktiva Lancar
14.323.261
12.954.813
Kewajiban Lancar
16.262.161
11.158.962
Modal Kerja Bersih
-1.938.90
1.795.851
          Tabel 2.1 Tabel Analisis Komparatif Modal Kerja



*      Periode Penagihan Piutang = 

2008      =  = 20 hari
Artinya : dibutuhkan waktu 20 hari untuk mengonversikan piutang menjadi kas.

2009      = = 18 hari
Artinya : dibutuhkan waktu 18 hari untuk mengonversikan piutang menjadi kas.

*      Rasio Perputaran Persediaan = 

2008      =  = 4.92kali
Artinya : 4.92 kali persediaan digunakan untuk menghasilkan penjualan.

2009      = = 5.28kali
Artinya : 5.28 kali persediaan digunakan untuk menghasilkan penjualan.
*      Rasio Jumlah Hari untuk Menjual Persediaan = 

2008      =   = 74 hari
Artinya : dibutuhkan 74 hari untuk mengkonversikan persediaan ke penjualan.

2009      = = 69 hari
Artinya : dibutuhkan 69 hari untuk mengkonversikan persediaan ke penjualan.

*      Rasio Jumlah Hari untuk Membayar Utang Usaha = 

2008      = = 45 hari
Artinya : Dibutuhkan 45 hari untuk membayar utang.

2009      == 22 hari
Artinya : Dibutuhkan 22 hari untuk membayar utang.

2008
2009
Hari pengumpulan piutang
20
18
Jumlah hari untuk menjual persediaan
74
69
Siklus konversi
94
87
Jumlah hari untuk membayar utang usaha
45
22
Siklus perdagangan bersih
49
65
             Tabel 2.2 Siklus Konversi dan siklus dagang besih







2.2.      STRUKTUR MODAL DAN SOLVABILITAS
*      Common Size Struktur Modal

2008
2008 (%)
2009
2009 (%)
Current Liabilities
11.158.962
28.18
16.262.161
40,26
LTD
15.274.407
38,58
8.624.620
21,35
Total utang
26.432.369
65,76
24.886.781
61,61
Hak minoritas
5.340.677
13,49
4.587.407
11,53
Modal saham
878.043
2,22
878.043
2,17
TMD
1.497.733
3,78
1.497.733
3.71
Perubahan ekuitas anak perusahaan
1.459.855
3,68
1.507.588
3,73
LYD
5.328.387
13,45
6.991.568
1,73
Jumlah ekuitas
8.571.533
21,45
10.155.495
25.65
Total kewajiban dan ekuitas
39.591.309
100
40.382.953
100
Tabel 2.3 Common Size Struktur Modal

*      Total Utang terhadap Ekuitas (DER)

2008      = = 3,08
Artinya : Total Utang PT INDOFOOD 3,08 kali ekuitas pemegang saham.

2009      = = 2,45
Artinya : Total Utang PT INDOFOOD 2,45 kali ekuitas pemegang saham.

*      Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal Ekuitas

2008      =  15.274.407 = 1,78
8.571.588
Artinya : Utang Jangka Panjang PT. Indofood 1,78 kali ekuitas pemegang saham.

2009      = = 0.85
Artinya : Utang Jangka Panjang PT. Indofood 0,85 kali ekuitas pemegang saham

*      Rasio Utang Jangka Pendek Terhadap Total Utang

2008      = = 0,42
Artinya : Utang Jangka Pendek PT. Indofood 0,42 kali total utang.

2009      = = 0,65     
Artinya : Utang Jangka Pendek PT. Indofood 0,65 kali total utang.

*      Rasio Total Utang Terhadap Total Asset = 

2008      = = 0,67
Artinya : Struktur Modal PT Indofood 67% terdiri dari utang.

2009      =  = 0,61
Artinya : Struktur Modal PT Indofood 61% terdiri dari utang.

*      Rasio Laba terhadap Beban Bunga (TIER)

2008      =  = 3,25 kali
Artinya : EBIT dapat digunakan untuk membayar bunga 3,25 kali.
2009      =  = 3,64 kali
Artinya : EBIT dapat digunakan untuk membayar bunga 3,75 kali.


*      Common-Size Komposisi Aktiva

2008
2008 (%)
2009
2009 (%)
Kas & setara kas
4.271.208
10.79
4.474.830
11,08
Investasi jangka pendek
632.134
1,60
331.330
0,82
Piutang Usaha
2.760.971
6,97
2.296.474
5,69
Persediaan bersih
6.061.219
15,31
5.117.484
12,67
Pajak dibayar dimuka
186.701
0,47
271.422
0,67
Pembayaran dimuka lain
420.028
1,06
463.273
1,15
Total aktiva lancar
14.323.261
36,18
12.954.813
32,07
Tagihan pajak penghasilan
356.755
0,90
630.856
1,56
Piutang plasma
401.172
1,01
498.137
1,23
Aset pajak tangguhan
229.515
0,58
348.599
0,86
Penyertaan investasi dan uang muka investasi
164.864
0,42
31.640
0,08
Tanaman perkebunanmenghasilkan
3.618.678
9,14
3.692.003
9,14
Tanaman perkebunan belum menghasilkan
1.593.691
4,03
2.027.025
5,02
Aset tetap
9.586.545
24,21
10.808.449
26,76
Beban di tangguhkan
564.156
1,42
494.288
1,22
Goodwill
4.481.524
11,32
4.387.760
10,86
Asset lain-lain
4.271.148
10,79
4.509.383
11,16
Jumlah asset tidak lancar
25.268.048
63,83
27.428.140
67,93
Total Aktiva
39.591.309
100
40.392.953
100
      Tabel 2.4 Common Size Komposisi Aktiva

        
        2.1 Diagram Common Size Aktiva lancar dan Aktiva tidak lancar

*      Z Score
Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kebangkrutan bank ada lima yaitu:

1.    Working Capital/Total Assets
Tahun 2009 : (12954813-11158962)/40382953 =0.0445
Tahun 2008 : (14323261-16262161)/39591309 = -0.048

2.    Retained Earning/Total Assets
Tahun 2009 : 2075861/40382953 = 0.051
Tahun 2008 :  1034389/39591309 = 0.0261

3.    Earning Before Interest and Tax/Total Assets
Tahun 2009 : 5004209/40382953 = 0.124
Tahun 2008 :  4341475/39591309 = 0.109

4.    Net shareholder’s Equity / Total Debt
Tahun 2009 : 10155495 / 24886781 =  0.408
Tahun 2008 : 8571833/26432369 = 0.324

5.    Sales/Total Assets
Tahun 2009 : 37140830/40382953 = 0.9197
Tahun 2008 : 38799279/39591309 = 0.98


Rumus Penghitungan Altman Z-Score :

Z-Score = 0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA + 0,420 NSE/TD + 0,998 S/TAZ

Tahun 2009 : 0.717(0.0445) + 0.847 (0.051) + 3.107 (0.124) + 0.420 (0.408) + 0.998 (0.9197)

= 1.54736
Tahun 2008 : 0.717(-0.048) + 0.847 (0.0261) + 3.107 (0.109) + 0.420 (0.324) + 0.998 (0.98)

= 1.4404737


*      Rasio Rata-Rata Industri
No
Jenis Rasio
2008
2009
INDF
Industri
INDF
Industri
1

2

3
DAR

DER

TIER
0,67

3,08

3.25 kali
5,3

0,46

6, 07
kali
0,61

2,45

3.64 kali
5,3

9,86

5,4 kali






           


           Tabel 2.4 Rasio Rata-rata Industri
*      Rating Kredit Perusahaan Sejenis

Perusahaan
2008
2009
Mayora Indah Tbk
AA
A
Siantar Top Tbk
BB
B
Indofood Sukses Makmur Tbk
A
AA
Tabel 2.5 Rating Kredit Perusahaan Sejenis
BAB III
ANALISIS KOMPERHENSIF

3.1 Tujuan Analisis

3.3.1    Likuiditas
a.    Menganalisis modal kerja dalam likuiditas dan komponen-komponennya.
b.   Menganalisis rasio likuiditas dan ukuran likuiditas berdasarkan kas.
c.    Menganalisis siklus operasi dalam likuiditas.

3.3.2   Struktur Modal dan Solvabilitas
a.     Menguraikan struktur modal dan hubungannya dengan solvabilitas
b.     Menganalisis financial leverage dan pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
c.     Menjelaskan alat analisis untuk mengevaluasi dan menginterprtetasikan komposisi struktur modal serta menilai solvabilitas
d.     Menganalisis komposisi aktiva untuk analisis solvabilitas perusahaan.
e.     Menganalisis peringkat utang perusahaan dengan 2 perusahaan sejenis dalam sektor Food and beverages
f.      Membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan sejenis.
g.     Menganalisis prediksi kesulitan keuangan perusahaan

3.2     Alat Analisis
a.    Analisis dengan Rasio
b.   Analisis Common-Size
c.    Analisis Komparatif
d.   Perbandingan dengan Industri Sejenis

3.2.1    Likuiditas
1.    Menganalisis modal kerja dalam likuiditas dan komponen-komponennya.
*      Analisis Komparatif Modal Kerja
*      Perputaran Modal Kerja
2.    Menganalisis rasio likuiditas dan ukuran likuiditas berdasarkan kas.
*      Rasio Lancar
*      Rasio Cepat
*      Rasio Arus Kas
3.    Menganalisis siklus operasi dalam likuiditas.
*      Rasio Perputaran Persediaan dan Periode Penagihan Piutang
*      Rasio Perputaran Persediaan dan Rasio Jumlah Hari Menjual Persediaan
*      Rasio jumlah Hari untuk Membayar Utang Usaha

3.2.2   Struktur Modal dan Solvabilitas
1.     Menguraikan struktur modal dan hubungannya dengan solvabilitas.
*      Common Size Struktur Modal
2.     Menganalisis financial leverage dan pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
*      Rasio Total Utang terhadap Total Aktiva
*      Times Interest Earned Ratio
3.    Menjelaskan alat analisis untuk mengevaluasi dan menginterprtetasikan komposisi struktur modal serta menilai solvabilitas
*    Rasio Total Utang Terhadap Total Modal
*    Rasio Total Utang Terhadap Modal Ekuitas
*    Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal Ekuitas
*    Rasio Utang Jangka Pendek Terhadap Total Utang

4.    Menganalisis komposisi aktiva untuk analisis solvabilitas perusahaan.
*         Analisis Asset Composition Analysis
5.    Menganalisis peringkat utang perusahaan dengan 2 perusahaan sejenis dalam sektor Food and beverages
*         Standart Poor’s
6.    Membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan sejenis.
*         Rasio Rata-Rata Industri
7.    Menganalisis prediksi kesulitan keuangan perusahaan
*         Altman Z Score

3.3 Hasil Analisis
3.3.1    Likuiditas
1.   Menganalisis Modal Kerja dalam Likuiditas
*      Analisis Komparatif Modal Kerja

Pada tahun 2008 didapat hasil modal kerja yang negatif karena jumlah kewajiban lancar melebihi jumlah asset lancarnya. Pada tahun 2009 didapat hasil modal kerja yang positif karena jumlah asset lancar melebihi jumlah kewajiban lancarnya. Modal kerja yang negatif belum tentu berarti buruk bagi perusahaan tersebut, bisa saja itu merupakan strategi usaha perusahaan tersebut. Jumlah modal kerja yang besar juga belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.

*      Perputaran Modal Kerja

Pada tahun 2009 perputaran modal kerjanya meningkat dibanding tahun 2008 sebesar 40.69, ini berarti baik karena memiliki arti modal kerja yang digunakan untuk menghasilkan penjualan pada tahun 2009 meningkat sebesar 40.69 kalinya 2008. Berarti PT Indofood di tahun 2009 lebih efektif menggunakan modal kerjanya untuk menghasilkan penjualan dibanding tahun 2008.

2.   Menganalisis rasio likuiditas dan ukuran likuiditas berdasarkan kas.

*      Rasio Lancar

Rasio Lancar PT Indofood meningkat dari tahun 2008 ke 2009, hal ini menunjukan bahwa terdapat keyakinan bahwa aktiva lancar yang dimiliki dapat untuk menutup semua kewajiban lancar perusahaan. Meskipun Rasio Lancar yang baik adalah 2:1 namun PT Indofood memiliki cadangan likuid yang dapat digunakan untuk menutup arus kas yang tidak seimbang dan kewajiban kontijensi.

*      Ouick Rasio

Rasio Cepat PT Indofood menunjukan peningkatan sebesar 42% pada tahun 2009, peningkatan tersebut menandakan perusahaan memiliki peningkatan pada asset nya yang paling likuid. Hal ini dapat menunjukan bahwa aktiva minus persediaan PT Indofood sudah dapat digunakan untuk menutup kewajiban lancarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan tersebut  cukup aman.

*      Rasio Arus Kas

Rasio arus kas PT. Indofood mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar . Angka ini menunjukkan kondisi perusahaan yang cukup membaik mengingat rasio ini meningkat sebesar 0,22 walaupun pada umumnya rasio yang menunjukkan kondisi perusahaan yang sehat adalah 0,40.

3.   Menganalisis siklus operasi dalam likuiditas.

*      Rasio Perputaran Piutang Usaha dan Periode Penagihan Piutang

Pada tahun 2009 lebih efektif dibanding tahun 2008 karena jumlah hari untuk mengubah piutang menjadi kas lebih cepat.

*      Rasio Perputaran Persediaan dan Rasio Jumlah Hari Menjual Persediaan

Pada tahun 2009 lebih efektif dibanding tahun 2008 karena perusahaan dapat lebih cepat menjual persediaannya, hal ini mengurangi resiko biaya pemeliharaan yang besar dan mencegah barang dagangan yang rusak.  PT Indofood lebih likuid pada tahun 2009 dibanding tahun 2008 karena lebih cepat dalam menjual persediaan nya.


2.        Menganalisis financial leverage dan pengaruh terhadap kinerja perusahaan.


Rasio Leverage dapat mengukur tingkat solvabilitas PT Indofood. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utangnya yang bersifat jangka panjang. Rasio leverage dapat diukur dari: rasio total utang (debt to total asset ratio), dan kemampuan untuk membayar bunga (times interest earned).


*      Rasio Total Utang terhadap Total Aktiva / DAR
Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Rasio Total Utang terhadap Total Aktiva PT. Indofood menurun dari tahun 2008 ke 2009, hal ini menunjukan adanya perbaikan struktur modal PT. Indofood dan semakin kecil pula pendanaan perusahaan dibiayai dari utang serta semakin mudah bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman dari para kreditor.

Namun, penurunan angka ini tetap menunjukan “warning” bagi kreditor karena adanya stuktur modal yang kurang aman, karena struktur modalnya lebih dari 50% aktiva perusahaan dibiayai oleh utang
*      Times Interest Earned Ratio
Times Interest Earned Ratio PT. Indofood mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke 2009 yaitu dari 3,25 kali menjadi 3,64 kali, tentu saja hal ini menunjukan adanya peningkatan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba, di mana laba operasi ini dapat digunakan untuk menutup beban bunga dan bahkan menutup pokok bunga serta menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Hal ini cukup memberikan pengamanan bagi likuiditas dan solvabilitas PT. Indofood.


3.           Menjelaskan alat analisis untuk mengevaluasi dan menginterprtetasikan komposisi struktur modal serta menilai solvabilitas
*      Rasio Total Utang Terhadap Total Modal Ekuitas / DER

Rasio ini berfungsi untuk mengetahui  perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri ( modal ekuitas) PT Indofood untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Rasio Total Utang terhadap Modal Ekuitas PT. Indofood menurun dari  tahun 2008 ke 2009, yaitu 3,08 menjadi 2,45 hal ini menunjukan adanya perbaikan struktur modal PT. Indofood karena menunjukkan semakin tinggi tingkat pendanaan PT Indofood yang disediakan oleh pemilik dan menunjukkan semakin besar batas pengamanan bagi kreditur jika terjadi kerugiaan atau penyusutan terhadap nilai aktiva.

Jadi, proporsi total utang dan ekuitas pemegang saham yang hampir sebanding ini menunjukan bahwa struktur modal PT. Indofood terbilang aman.

*      Rasio Total Utang Terhadap Modal

Dari tahun 2008 ke 2009 terjadi penurunan rasio total utang terhadap total Modal PT Indofood sebesar 5,14 %, menunjukkan bahwa terjadinya penurunan struktur modal perusahaan dibiayai oleh Hutang, Akan tetapi secara eksplisit pada tahun 2009 masih tetap terjadi bahwa kebanyakan struktur modal PT Indofood dibiayai oleh utang daripada modal sendiri.



*      Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal Ekuitas


Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal Ekuitas PT. Indofood menurun dari tahun 2008 ke 2009, yaitu 1,78 menjadi 0,85 hal ini menunjukan adanya perbaikan struktur modal PT. Indofood, karena pada tahun 2008  menunjukkan bahwa pendanaan utang jangka panjang Pt Indofood lebih besar daripada modal ekuitas, tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan jumlah pendanaan yang berasal dari utang jangka panjang.

*      Rasio Utang Jangka Pendek Terhadap Utang

Rasio Utang Jangka Pendek Terhadap Total Utang PT.Indofood tidak stabil. Di mana terjadi kenaikan dari tahun 2008 ke 2009 yaitu 0,42 ke 0,65. Rasio ini menunjukan bahwa perusahaan memiliki ketergantungan yang cukup tinggi akan pendanaan jangka pendek di tahun 2009.

4.        Menganalisis komposisi aktiva untuk analisis solvabilitas perusahaan.
*      Analisis Asset Composition Analysis

Dari common size komposisi aktiva PT. indofood dapat terlihat bahwa terdapat penurunan aktiva lancar dari tahun 2008 ke 2009 yaitu dari 36.18% menjadi 32.07% serta peningkatan pada aktiva tidak lancarnya dari 63.83% menjadi 67.93%.

Jika dibandingkan dengan pesentase total utang perusahaan, dimana pada tahun 2008 sebesar 65.76% dan 61.61% pada tahun 2009 (lihat: common size struktur modal) selisih antara persentasenya tergolong sangat sedikit (lebih tinggi total utangnya). Hal ini menunjukan adanya pengamanan yang minim terhadap total kewajiban perusahaan. Namun kita perlu melihat alat analisis lain yang telah kita gunakan, seperti  siklus operasi, pemanfaatan aktiva, collection period, time interest dan lainnya, menunjukan indikator yang baik, sehingga aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dinilai cukup memberikan pengamanan terhadap utang yang mereka miliki, terlebih jika melihat adanya kenaikan laba, meskipun terdapat penurunan persentase kas dan persediaan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan efektivitas dalam pemanfaatan aktiva lancar.

5.        Menganalisis peringkat utang perusahaan dengan 2 perusahaan sejenis dalam sektor Food and beverages
*      Standar & Pooor’s

Rating Obligasi merupakan Rating yang menjadi salah satu acuan dari kreditor ketika akan memutuskan untuk membeli suatu obligasi. Dan berfungsi sebagai :
ü  sumber informasi utama untuk memperlihatkan kemampuan perusahaan, untuk melakukan pelunasan pokok pinjaman dan bunga hutang.
ü  sumber informasi kredit yang murah untuk memperoleh keterangan sejumlah aktivitas perusahaan
ü  Sumber “legal insurance” untuk lembaga pengawasan keuangan investasi. Misalnya dengan menetukan batas tertinggi bunga obligasi.
ü  Sebagai pencegah terjadinya spekulasi investasi, oleh lembaga-lembaga keuangan seperti bank, asuransi maupun lembaga pensiun.

Kelompok kami mengambil 2 sampel dari 13 perusahaan yang bergerak di industry Food and Beverages yang akan kami bandingkan mengenai  rating utang  dengan  PT Indofood Sukses Makmur (lihat tabel 2.5).
*      Mayora Indah Tbk
Tahun 2008 :
Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit  sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan perusahaan  yang sangat kuat untuk memenuhi kewajibn finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan perusahaan di  Indonesia lainnya

Tahun 2009 :
Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan perusahaan  yang kuatdibandingkan dengan entitas di Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan

*      Siantar Top Tbk
Tahun 2008:
Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan Perusahaan  yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainnya untukmemenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu

Tahun 2009 :
Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan yang sangat lemah.  Walapun perusahaan  masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan perusahaan  utuk memenuhi kewajiban finansialnya

*      Indofood Sukses Makmur Tbk
Tahun 2008
Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan perusahaan  yang kuatdibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.

Tahun 2009
Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan perusahaan yang sangat kuat untuk memenuhi kewajibn finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya

Setelah melihat rasio utang PT Indofood dibandingkan 2 perusahaan lainnya yang bergerak di industry yang sama, maka hal di atas menunjukkan bahwa rating utang PT Indofood lebih baik dibandingkan 2 perusahaan lainnya, dan ada peningkatan usaha yang dilakukan opleh PT Indofood dalam meningkatkan kinerjanya, tang dibuktikan dari rating utangnya semakin meningkat dari tahun 2008 ke 2009. 





6.     Membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan sejenis.
*      DAR – Debt to Aset Ratio –

Tahun 2008 sebanyak 67 % dari aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 33 % dibiayai dengan modal dari pemegang saham. Jika dibandingkan dengan standar rata-rata industri 53 %, kondisi perusahaan untuk tahun 2008 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan  utang melebihi rata-rata industri.

Tahun 2009 sebanyak 61 % dari aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 39 %dibiayai dengan modal dari pemegang saham.Jika dibandingkan dengan standar rata-rata industri 53 %, kondisi perusahaan untuk tahun 2009 dinilaikurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan  utang diatas rata-rata industri

*      DER - Debt to Equity Ratio –

Tahun 2008 kreditor menyediakan Rp. 308,- pada tahun 2008 untuk setiap Rp.100,- yang disediakan pemegang saham. Perusahan dibiayai oleh utang sebanyak 3.08 kali dari modal ekuitasnya.

Rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio tahun 2008 sebesar 0.46, perusahaan masih dianggap kurang baik karena berada di atas rata-rata industri.

Tahun 2009 kreditor menyediakan Rp. 245,- pada tahun 2009 untuk setiap Rp.100,- yang disediakan pemegang saham. Perusahan dibiayai oleh utang sebanyak 2.45 kali dari modal ekuitasnya.

Rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio tahun 2009 sebesar 986 %, perusahaan dianggap baik karena berada di atas rata-rataindustri.


*      TIER – Time Interest Earned –

Tahun 2008, times interest earned adalah 3,25 kali atau dengan kata lain,biaya bunga dapat ditutup 3,25 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Tahun 2008 dinilai kurang baik karena masih di bawah rata-rata industri 6,07 kali (Hal ini akan menyulitkan perusahaan untuk memperoleh pinjaman di kemudian hari).

Tahun 2009, times interest earned adalah 3,67 kali atau dengan kata lain,biaya bunga dapat ditutup 3,67  kali laba sebelum bunga dan pajak.
Tahun 2009 dinilai kurang baik karena masih di bawah rata-rata industri 5,4 kali (Hal ini akan menyulitkan perusahaan untuk memperoleh pinjaman di kemudian hari).

7.        Menganalisis Prediksi Kesulitan Keuangan Perusahaan
*      Altman Z Score

Tahun 2008 = 1.44047
Z score PT Indofood Sukses Makmur sebesar 1.44 menunjukkan bahwa probabilitas kebangkrutannya berada dalam Grey Area karena Z score berada di 1,20 < Z < 2,90.  Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi ini, perusahaan dapat dikatakan tidak  terlalu beresiko dan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan.

Kondisi ini dapat sebagai “warning’ bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya para pihak kreditur ataupun investor, karena perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat serta bisa  dikatakan kalau terlambat dan tidak cepat penanganannya, maka perusahaan nantinya dapat mengalami kebangkrutan dan berada pada Distress Zone (Z-Score < 1,20)

Tahun 2009 = 1.54736
 Z score PT Indofood Sukses Makmur sebesar 1.55 menunjukkan bahwa probabilitas kebangkrutannya pada masa depan berada dalam Grey Area karena Z score berada di 1,20 < Z < 2,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi ini, perusahaan dapat dikatakan tidak  terlalu beresiko dan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan.

Kondisi ini dapat sebagai “warning’ bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya para pihak kreditur ataupun investor, karena perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat serta bisa  dikatakan kalau terlambat dan tidak cepat penanganannya, maka perusahaan nantinya dapat mengalami kebangkrutan dan berada pada Distress Zone (Z-Score < 1,20)

Dengan melilihat dari tahun 2008 dan tahun 2009, z score mengalami kenaikan7.4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya usaha yang dilakukan oleh PT Indofood dalam penanganan manajemen,. Sehingga pada tahun 2009 z score tidak semakin mendekati angka 1,20 melainkan menjauh dari angka tersebut serta adanya kemungkinan bahwa  ke depannya, z score meningkat lagi dan probabilitas kebangkrutannya dapat berada pada area aman atau  “Safe Zone”.

























KESIMPULAN


1      Penggunaan modal kerja PT Indofood pada tahun 2009 efektif. Dengan adanya peningkatan modal kerja, current ratio, Quick ratio, dan rasio arus kas dapat disimpulkan bahwa kondisi PT Indofood menunjukkan kondisi yang semakin likuid walaupun rasio arus kas di bawah rasio yang dianggap sehat yakni 0,40 namun pada tahun 2009 rasio tersebut meningkat.

2    PT. Indofood memiliki struktur modal yang sumber  pendanaan nya lebih banyak menggunakan utang daripada ekuitasnya.  Akan tetapi tingkat Persentase penggunaan utangnya menurun di tahun 2009. Hal ini menunjukan kondisi keuangan perusahaan yang baik. Dari struktur modal tersebut, PT Indofood lebih banyak menggunakan utang jangka pendek nya dalam struktur modalnya dengan melihat rasio Total Utang terhadap Modal Ekuitas maupun terhadap Total Utang.


3    PT. Indofood memiliki pengamanan yang cukup akan kewajiban-kewajiban yang dimilikinya, terlebih saat perusahaan itu dilikuidasi. Meskipun rasio likuiditas PT. Indofood yang tergolong kecil, tapi kita perlu melihat siklus operasi dan cakupan labanya yang tergolong cepat dan baik.

4    Setelah menganalis mengenai analisis kredit,  PT. Indofood dapat dikategorikan pantas untuk  memperoleh kredit dari para kreditor , baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh adanya keyakinan bahwa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya. Sedangkan current ratio yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008  menunjukan adanya efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan aktiva lancarnya untuk membayar kewajiban dan Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal Ekuitas mengalami penurunan, dasar ini lah yang memberikan keyakinan kreditur dalam memberikan pinjaman jangka panjang.
























DAFTAR PUSTAKA

Igit-10206917.blogspot.com, 2011. Analisis Rasio Likuiditas, solvabilitas dan Rentabilitas, (online), (http://igit-10206917.blogspot.com/2009/11/analisis-rasio-likuiditas-solvabilitas.html, diakses 10 Mei 2011)

Indofood.com, 2011. Annual Report, (online), (http://www.indofood.com/investor_annual_report.aspx, diakses 10 Mei 2011)

John J. Wild, K. R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. Financial Statement Analysis, 9th edition, Mc Graw-Hill, 2007
Paper kelompok 7, Analisis Rasio Solvabilitas PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Kelas C, 2011
Paper kelompok 7, Analisis Kredit PT. Astra International Tbk, Kelas D, 2011


Untuk Klengkapan Isi Makalah silahkan Download

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Julian Cholse