Friday 8 April 2011

IHWAL ABSTRAK DAN HIPOTESIS DALAM KARANGAN ILMIAH

Julian Cholse

B. Ihwal Abstrak

a. Pengertian Abstrak

Abstrak ternyata banyak didefinisikan dengan sangat beragam oleh para ahli. Keanekaragaman ini yang membuat kita sebagai para pembaca menjadi lebih paham arti dari abstrak itu sendiri. Abstrak merupakan bentuk penyajian singkat sebuah laporan atau dokumen yang ditulis secara teknis, teliti, tanpa kritik atau penafsiran penulis abstrak.
Menurut American National Standard Institute abstrak juga dapat didefenisikan sebagai pernyataan singkat tetapi akurat dari isi laporan atau dokumen tanpa menambah tafsiran atau kritik dan tanpa membedakan untuk siapa abstrak tersebut dibuat.
Menurut ISO 214 – 1976 abstrak juga didefenisikan sebagai uraian singkat tetapi akurat yang mewakili isi dokumen, tanpa menambah interpretasi atau kritik dan tanpa melihat siapa pembuat abstrak tersebut.

b. Karakteristik Abstrak

Secara singkat tidak memuat latar belakang, tidak memuat contoh, tidak memuat penjelasan alat, cara kerja dan proses yang sudah lazim / dikenal, tidak lebih dari 250 kata. Ihwal Abstrak ini hanya memuat metode kerja dari pengumpulan data sampai dengan penyimpulan dan data yang sudah diolah / hasil analisis. Kalau secara cermat ihwal abstrak menggunakan sumber dokumen asli secara cermat, mudah dipahami, dan menggunakan kata atau istilah yang sama dengan dokumen aslinya. Bentuk tulisan dalam ihwal abstrak ini bersifat informatif, kualitatif atau kuantitatif bergantung pada naskah aslinya dan deskriptif, analisis, induktif atau deduktif itu juga bergantung pada naskah aslinya.

c. Jenis – jenis Abstrak

Dalam ihwal abstrak terdapat dua jenis ihwal abstrak yakni abstrak indikatif yaitu abstrak yang menguraikan secara singkat masalah yang terkandung dalam dokumen lengkapnya. Sayangnya abstrak jenis ini tidak memadatkan isi dokumen aslinya. Abstrak ini bertujuan agar lebih cepat diketahui isinya. Dengan ditunjukkan indikasi sasaran dan cakupan tulisannya, diharapkan pembaca dapat mempertimbangkan apakah tulisan yang asli perlu dibaca atau tidak. Jenis yang kedua yakni abstrak informatif yaitu miniatur laporan atau dokumen asli dengan menampilkan selengkap mungkin data laporan sehingga pembaca abstrak tidak perlu lagi membaca naskah aslinya, kecuali untuk mendalaminya. Abstrak informatif menyajikan keseluruhan naskah asli dalam bentuk mini yang meliputi judul, penulis, asli, lembaga, tujuan, metode, metode pembahasan atau analisis, hasil analisis, dan kesimpulan.

C. Ihwal Hipotesis

a. Pengertian Hipotesis

Secara etimologis, kata hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Hypo atau Hupo yang artinya kurang dari atau sebelum dan Tesis yang artinya dalil, hukum, pendapat, atau kesimpulan. Jadi, kata ‘hipotesis’ artinya adalah ‘sebelum dalil’. Hipotesis dapat dikatakan ‘sebelum dalil’ karena ‘dalil sementara’ itu belum dibuktikan kebenarannya lewat penelitian. Maka agar dalil sementara itu menjadi dalil yang sesungguhnya, harus dibuktikan terlebih dahulu di dalam keseluruhan proses analisis penelitian. Hipotesis pada akhirnya akan berubah menjadi teori setelah melewati tahapan pembuktian.
Hipotesis bisa salah, bisa juga benar. Jika dalam penelitian ternyata terbukti bahwa sebuah hipotesis itu salah, penelitian itu harus dibuat lagi yang baru. Artinya, dengan hipotesis yang terbukti salah itu, penelitian baru sebagai kelanjutan penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat dilakukan. Jadi, kalau hipotesis itu keliru, tidak berarti bahwa rumusan hipotesis itu keliru, atau penelitianya keliru. Konon Johann Kepler (1571—1630) seorang ilmuwan Jerman di dalam penelitian astronominya telah membuat 19 buah hipotesis yang semua dibantahnya sendiri. Dia adalah pendahulu dari Isaac Newton. Nah, dalam penelitian yang bukan pertama-tama untuk tujuan pengembangan ilmu, katakan saja penelitian proyek, hipotesis itu sering diubah tanpa melaksanakan kembali penelitian. Tentu saja, ini tindakan yang keliru bagi seorang ilmuwan.

b. Isi Hipotesis

Isi hipotesis ada tiga jenis yang pertama yaitu antiseden adalah bagian kalimat dalam hipotesis yang diawali oleh kata – kata ‘jika’, ‘seandainya’, atau ‘seandainya tidak’. Yang kedua, konsekuen yaitu harus dibuat bertautan dengan antiseden. Sebuah konsekuen harus dilakukan dengan pembuktian kebenaran dalam pelaksanaan penelitian. Yang ketiga, dependen yaitu hubungan antara antiseden dan konsekuen. Hubungan itu harus merupakan hubungan sebab dan akibat yang benar.
Contoh hipotesis
  •  Seandainya Gani sembuh maka ia dapat melanjutkan kuliah.
  • Seandainya harga tidak naik maka permintaan akan tetap.
  • Seandainya x = 5 maka x2 = 7x – 5


c. Macam – macam Hipotesis

Hipotesis juga terdiri dari berbagai macam bentuk. (1) Hipotesis deskriptif yaitu ditunjukkan untuk mendemonstrasikan dugaan sementara tentang bagaimana benda-benda, pristiwa-pristiwa, dapat terjadi. Misalnya bagaimana bumi terbentuk ?, bagaimana sungai terbentuk ?. (2) Hipotesis argumentative digununakan untuk menunjukkan mengapa benda-benda atau peristiwa itu terjadi. Contohnya: mengapa bumi berbentuk bulat ?, mengapa matahari panas ?. (3)Hipotesis kerja digunakan untuk menjelaskan akibat dari suatu sebab. Hipotesis ini digunakan untuk menjelaskan bahwa sendainya variabel berubah maka variabel lain akan berubah pula. Fungsinya adalah sebagai penuntun penelitian. (4)hipotesis nol dirumuskan untuk memeriksa kebenaran suatu dalil atau teori yang kemudian akan ditolak dengan pembuktian yang sah.

D. Karya Ilmiah (Akademis)

a. Pandangan Umum dan Penyusunannya

Menulis itu tidak gampang, para penulis menulis dengan hati tetapi mengeditnya dengan otak. Seperti dalam membuat vas, kita harus membutuhkan tanah liat dan bagaimana kita membentuk tanah liat tersebut menjadi sebuah karya yang indah. Seperti ilustrasi berikut: burung diatas dahan tidak pernah akan mati kalau si pemburu hanya mengacung-acungkan senapan dan tidak segera menembaknya. Orang jawa bilang, itu hanya “ngangak-agaki”!. Dalam menyusun karya ilmiah kita harus bisa beranalogi.

b. Mengenali Karya-karya Ilmiah

Dalam menulis karangan ilmiah kita harus mengerti dan mengenali bentuk dari karangan ilmiah tersebut. (1)factually basis, harus berdasarkan pada data yang harus tersedia dalam kualifikasi “sempurna”. Kita harus cermat sejak dari penentuan sember datanya, penerapan metode pengumpulan datanya , identifikasi datanya, seleksi datanya, klasifikasi datanya, analisis datanya, sampai pada penyajian hasil analisis. (2)logical thinking, logical analyisis, dan logical condution yaitu mengenali dari dasar pemikirannya, cara berpikir, rumusan masalah, rumusan masalah, cara pembahasan, dan penarikan konklusinya harus logis. Dari konklusi yang logis itu akan dapat dimunculakan saran-saran dan implikasi yang logis pula.
Dengan kelogisan di dalam setiap dinensi dan langkah itulah yang menjadikan karangan ilmiah menjadi bermakna. (3)disinterested analysis, analisis pada karangan ilmiah ini tidak boleh memihak, harus objektif, harus sejalan dengan theoretical grouns yang dipilih sebagai ancangan analisis, hasil analisis, jangan sampai salah dan menyesatkan, harus tedibel, harus reliable, harus tepercaya dan harus sahi. (4)accurately dan sistematiclly presented , yaitu harus disajikan secara tepat, akurat dengan susunan yang sistematis, logis, rasional, dan susunan atau konstruksi yang berlaku universal juga harus dipertimbangkan dimensi keideosinkretisannya.(5)not emotive, tidak disajikan dengan bahasa yang haru, penuh dengan permohonan maaf, dan tidak dengan bahasa yang mendayu-dayu, tidak boleh bertele-tele, tidak boleh ada kemubaziran, harus to de point, tepat mengenai sasaran, dan disampaikan dengan bahasa dan gaya yang lugas.

c. Asas-asas Menulis Karangan Ilmiah

Menulis karangan ilmiah harus memakai asa-asas ilmiah yang terdiri dari (1) kejelasan yaitu karangan ilmiah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak hanya berarti mudah dipahami, dibaca, tetapi juga tidak memungkinkan untuk disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat samar-samar / kabur, tidak boleh berada di wilayah abu-abu. Kejelasan dalam karangan ilmiah harus ditopang oleh hal-hal berikut : (a) pemakaian bentuk kebahasaan yang lebih dikenal daripada memakai kebahasaan yang masih harus dicari-cari dulu maknanya. (b) pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas daripada memakai kata-kata yang berbelit , panjang, dan rancu. (c) pemakaian kata –kata dalam bahasa sendiri maupun menggunakan bahasa asing. Kata-kata asing dapat digunakan kalau memang istilah itu sangat teknis sifatnya. (2) Ketepatan yaitu menjunjung tinggi keakuratan. Hasil penelitian dan cara penyajan hasil penelitian harus tepat atau akurat. Dalam cara penyampaiannya, di dalam kalimat itu harus terwadahi butir-butir gagasan dengan kecocokan seperti yang dimaksud penulis.
Kualifikasi demikian yang dimaksud dengan istilah efektif. (3) Keringkasan, ringkas tidak sama dengan pendek. Karangan yang tebal dapat dikatakan ringkas sejauh didalamnya tidak terdapat bentuk kebahasaan yang bertele-tele dan sarat dengan kemubaziran dan kerancuan. Jadi, karangan ilmiah itu tidak boleh menghamburkan kata-kata, mengulang-ulang ide yang telah diungkapkan, dan tidak berputar-putar dalam mengngkapkan maksud atau gagasan. Karangan ilmiah harus dibangun dari ide yang kaya dengan bahasa yang hemat dan sederhana, bukan dengan ide yang miskin namun dengan bahasa berbunga-bunga. Karangan ini harus ditulis dengan hati, diteliti, dibenahi kembali, dan diedit dengan pikiran. Dalam asas ini ada prinsip yang mengatakan “Writing with heart, editing with brain”.

d. Cara Kerja Penyusunan Karangan Ilmiah.

Data yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam kualifikasi sempurna, dianalisis dengan alat-alat analisis yang jelas. Alat-alat analisis itu bisa berupa teori-teori relevan yang menjadi dasar ancangan analisis dan tolok ukur / parameter yang dikenakan. Data harus dianalisis dengan cermat sambil mempertimbangkan berbagai persyaratan, kendala, aneka asumsi dan teori-teori relevan yang menjadi dasar ancangan penelitian. Dengan cara kerja demikian itu akan dapat dihasilkan kedimpulan yang kredibel, tepat, dan akurat.
Analisis yang demikian itu juga dapat dimunculkan saran-saran penelitian yang sungguh bermanfaat. Jelas, maksudnya saran itu harus konkret, relevan, saran itu harus sesuai dengan judul dan masalahnya. Operasional harus bisa dilaksanakan dan tidak boleh merupakan utopia-utopia. Terakhir, dapat juga dirumuskan implikasi penelitian yang tepat. Dengan rumusan itu maka ada semacam jaminan bahwa kelanjutan penelitian akan dilaksanakan dan bisa mengambil dimensi berbeda, sekalipun objek sasaran penelitiannya masih tetap sama.

1).Empat Langkah Penyediaan Data

Penentuan sumber data haruslah tepat dan haruslah ditemukan secara purposif, dengan segala pertimbangan dan risiko demi ‘data yang berkualifikasi sempurna’ untuk dianalisis. Inventarisasi data yaitu pengumpulan/penyediaan data dari sumber data yang sungguh kredibel dan dari ‘khasanah data’ yang tepat. Data juga harus dapat ditemukan dengan memadai atau bahkan melimpah, sehingga ada kesempatan bagi peneliti untuk ‘mengesampingkan data yang tidak baik’. Langkah berikutnya adalah seleksi data.
Seleksi data yaitu data yang telah ditemukan dan telah diinventarisasikan dengan baik. Data dipisahkan menjadi data yang baik, data yang kurang baik, dan data yang tidak baik.Klasifikasi data yaitu setelah seleksi dilakukan, data itu diklasifikasi, digolong-golongkan seperlunya disesuaikan dengan tujuan analisisnya. Data yang telah diklasifikasi dengan sempurna inilah yang kemudian dapat dikenai metode analis data. Artinya pula, hanya setelah data terklasifikasi dengan sempurna, analisis data dapat dilakukan.

2). Lima Aspek Analisis Data

Selain ada empat langkah penyediaan data juga adalah lima aspek analisis data. Apek itu meliputi persyaratan yakni beberapa hal yang dipersyaratkan oleh pihak lain di luar kekuasaan penulis. Kendala, kelemahan melekat yang terjadi di luar kekuasaan penulis. Asumsi yaitu anggapan – anggapan yang harus dibuat oleh penulis demi terwujudnya sebuah karya ilmiah. Sebuah karya ilmiah dapat terwujud karena adanya asumsi – asumsi yang ‘diiyakan’oleh penulis. Tolok ukur / parameter / pendekatan yaitu ukuran – ukuran yang digunakan dalam menilai data ketika data itu dianalisis. Dalam aspek ini ada dua kemungkinan yakni kuantitatif – kualitatif. Ancangan teori yakni hampiran / kerangka dasar teori yang dipakai sebagai kerangka kerja. Dengan ancangan teori yang tepat, dimungkinkan terlahir hasil analisis yang juga tepat.

Untuk Makalah yang lengkap Silahkan Download

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Julian Cholse